Rabu, 30 April 2014

Kesempatan Pasar


KESEMPATAN PASAR

Pasar Potensial Ritel

Pasar modern yaitu fenomena pasar modern di zaman modern ini sudah seperti jamur yang tumbuh subur di musim hujan di mana-mana, terutama di kota besar, banyak dijumpai pasar modern asuransi zurich garap pasar ritel – kompas.com selama ini bergerak di pasar korporat, Asuransi Zurich mulai serius menggarap pasar ritel di Indonesia geoeduplanet  perempuan sebenarnya memiliki kemampuan yang sama dengan laki-laki dalam berbisnis yang perlu diperhatikan adalah memilih bisnis yang cocok untuk dirinyaConsulting selling leads-Consulting,Business,Information Services Consulting Company Global Project Ukraine provides professional consulting services, assistance in organization of effective business processes for internationalarasel Teknik Strategi Distribusi Eceran Untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar dibutuhkan strategi distribusi yang tepat untuk menyalurkan barang atau jasa Pasar Potensial Ritel.
Ritel adalah ujung tombak bagi marketer dalam memasarkan produknya. Semakin kuatnya pengaruh ritel di konsumen membuat ketergantungan marketer terhadap peritel juga semakin besar.Namun demikian masih banyak peritel yang lebih bermental pedagang. Hanya menjadi perantara yang mengambil marjin setinggi-tingginya. Padahal banyak sekali aspek marketing yang bisa dijalankan supaya hubungan antara marketer dengan konsumen (lewat ritel) bisa berjalan harmonis.
            Dari sisi konsumen, pada jaman sekarang ritel bukan sekedar toko. Ada keterlibatan emosional yang harus dibangun dengan pelanggan. Ada unsur kepuasan yag harus dijaga terus menerus. Ada brand experience yang harus dirasakan oleh konsumen. Itulah sebabnya peritel pada masa sekarang ini juga harus memiliki strategi marketing yang jitu. Oleh karena itu bisnis ritel harus dapat berinovasi secara berkesinambungan Menurut Barry Lemmon, Global Head of Retail & Shopper Insights, TNS International, landscape bisnis ritel dalam beberapa tahun ke depan akan bergerak mengikuti perkembangan teknologi dan bertransformasi secara menyeluruh konsumen akan lebih banyak berinteraksi kepada para penjual dan pemasok, dengan mengoptimalkan kapabilitas jaringan melalui media online maupun komunitas yang semakin berperan besar dalam hubungan dan interaksi sosial Customer involvement dalam tahapan awal pengembangan produk menjadi semakin penting, serta masa depan dari industri ritel adalah people-power melalui peningkatan tawar konsumen secara bersama-sama dan terorganisir.


Memulai Bisnis Ritel

            Memutuskan untuk memulai bisnis ritel menjadi pilihan yang sangat tepat dalam kondisi saat sekarang. Dewasa ini banyak masyarakat yang mengadopsi gaya hidup yang modern dan mengutamakan kenyamanan dan kemudahan dalam memenuhi kebutuhan harianya. Semakin dekatnya toko ritel dengan kawasan pemukiman penduduk serta dengan iming-iming harga murah, pilihan barang yang bervariasi, hal ini jelas memberikan solusi bagi masyarakat yang kian sibuk, suami istri bekerja, yang tidak ada waktu lagi untuk berbelanja di pasar tradisional yang jauh dari rumah, becek serta jam buka yang pendek. Sementara itu kebutuhan akan 9 bahan pokok, perawatan tubuh, perlengkapan rumah tangga, perlengkapan bayi sampai makanan ringan kian hari makin meningkat.
Dimasa mendatang jumlah konsumen dalam katagori usia 11 sampai 50 tahun adalah konsumen potensial, terus tumbuh dan bertambah, Dengan demikian keuntungan berlipat dan bisnis yang terus tumbuh bukan hanya impian semata namun sudah menjadi kenyataan. Selain faktor keuntungan fakta membuktikan bahwa bisnis retail tumbuh dengan pesat sepanjang jaman, itu terbukti pada saat semua sector bisnis terpuruk karena krisis ekonomi th 1998, bisnis ritail tidak berdapak bahkan semakin berkembang.
Disamping itu, bisnis ini merupakan mata pencaharian yang paling banyak ditemui dalam kehidupan sehari-hari, umur bisnis ritel atau berdagang juga paling panjang di banding sektor lain, Orang berdagang sudah ada sejak jaman dahulu sebelum modernisasi membuka peluang kesempatan kerja. Berdagang sudah menjadi mata pencaharian umum sebelum pabrik2 mulai dibuka dan merekrut ribuan tenaga kerja.
Sejak zaman nenek moyang kita, penjual beras, sayur dan buah-buahan sudah meramaikan pasar tradisional kita semua orang bisa dengan mudah menjalankan bisnis ini. Seiring dengan pekembangan jaman, saat ini bisnis retail sudah mulai dikelola dengan system yang modern dan canggih, dari yang menjanjikan harga murah hingga yang memberikan atmosfir yang berbeda di tokonya. Tak heran persaingan bisnis ritel semakin hari semain memanas. Toko kelontong memang masih bertebaran di sudut perkampungan tetapi konsep bisnis retail modern lebih menjanjikan.
Namun masih banyak orang yang belum paham betul untuk mengelola bisnis ritel mereka secara modern.
Ada 5 (lima) elememen penting yang belum di pahami oleh orang yang akan membuka bisnis ritel atau minimarket, Menapa 5 elemen ini penting?, karena jika Anda tidak betul-betul memahaminya, ini akan berdampak pada merosotnya bisnis ritel Anda yang berujung pada penutupan bisnis tersebut, 5 elemen tersebut adalah :
 1. Location, Bagaimana Anda memilijh lokasi yang cocok untuk bisnis Anda.
 2. Design Store, Bagaimana Anda men design store agar lebih hidup.
 3. Marketing/Promotion, Bagaimana memilih product, menetapkan harga dan membuat promosi yang tidak ada habisnya.
 4. SOP (Standard Operating Procedure), Bagaimana Anda membuat SOP sederhana akan tetapi efektif di jalankan.
 5. IT (Information Technology), Bagaimana Anda memilih Software terbaik yang cocok untuk bisnis Anda.

Eksistensi Bisnis Ritel

Keberadaan pasar modern memberikan banyak pilihan bagi konsumen dalam menentukan lokasi berbelanja. Apalagi belakangan ini jumlahnya juga semakin banyak. Namun, bagi pebisnis pasar tradisional, tentu memiliki arti lain. Ketatnya persaingan bisnis ritel mendorong para pengusaha untuk melakukan terobosan dalam strategi berdagang, baik menyangkut kemasan toko, pelayanan, hingga soal harga produk. Hal ini tentunya akan memberi keuntungan lain bagi para calon pembeli. Singkat kata,dalam urusan berbelanja,kondisi ini benar-benar memanjakan para konsumen.
Konsumen juga memegang kendali dalam menentukan hidup matinya sebuah toko modern, bahkan berpengaruh dalam pertumbuhan pasar modern. Bagi pebisnis ritel, karakter masyarakat akan menjadi pertimbangan dalam mengembangkan usahanya. Executive Director dari Retail Measurement Services Nielsen,Teguh Yunanto menuturkan, peritel akan melihat populasi penduduk sebagai salah satu pertimbangan dalam membuka toko.
Namun, seiring perpindahan lokasi permukiman ke daerah pinggiran, toko cenderung tumbuh di daerah tersebut dan menurun di kota besar. Hasil Nielsen Retail Establishment Surveyyang dilakukan pada akhir 2010 secara keseluruhan memperlihatkan lanskap ritel Indonesia menurun 1,3% dilihat berdasarkan jumlah toko. Hingga akhir 2010, tercatat 2.524.111 toko tersebar di Indonesia terdiri atas pasar tradisional dan modern. Sebarannya 57% di Pulau Jawa, 22% di Sumatera, dan 21% sisanya di pulaupulau lain. Dari hasil survei tersebut yang cukup menarik adalah menyangkut persaingan antara pasar tradisional dengan modern.
Ritel modern mencakup hal yaitu pendekatan manajemen kategori dan manajemen rantai pasokan. Dalam konteks ini, manajemen kategori dapat dipahami sebagai suatu pendekatan cara penanganan barang pada tingkat kategori melalui klasifikasi yang terstruktur dan sistematis pada bauran produk.
Sementara itu, paradigma baru dalam manajemen rantai pasokan barang menempatkan retailer dalam suatu titik/mata rantai dalam jalur distribusi/pasokan barang yang bersama-sama dengan pihak supplier menjadi bagian dari proses menyeluruh arus penyediaan barang dari hulu ke hilir. Paradigma baru ini menuntut adanya kesamaan persepsi antara supplier dengan retailer dalam memandang pemenuhan kebutuhan dan kepuasan konsumen sebagai tujuan akhir proses.

 sumber :


Manajemen Perdagangan Ritel


MANAJEMEN PERDAGANGAN RITEL

 Sumber daya & Produk Line

Lini produk adalah serangkaian produk dan jasa yang berhubungan yang ditawarkan oleh sebuah perusahaan. Lini produk cenderung berkembang sepanjang waktu, saat perusahaan menyadari kebutuhan konsumen yang lain. Sumber dan produk line sebagai pedoman umum bisa dikatakan, bahwa perusahaan besar sebaiknya mempunyai product line yang relatif lengkap. Sedang perusahaan sedang dan kecil, sebaiknya mempunyai suatu limited product line. Alasannya, seperti sudah diketahui, adalah sumber daya yang terbatas untuk perusahaan kecil. Dengan suatu limited product line, maka akan lebih terjadi konsentrasi/fokus sehingga peluang berhasil juga akan lebih tinggi. Titik optimal itu terdiri dari berapa produk? Jawaban yang pasti dan eksakta tentu tidak ada, karena semua perusahaan punya karakteristik industri yang berbeda beda. Namun titik optimal itu terdiri dari 3-5 produk, atau belasan, atau mungkin bahkan puluhan, dipengaruhi oleh beberapa faktor utama yaitu:
1.      Sumber daya keuangan perusahaan. Seberapa jauh kita bisa membiayai laju pertumbuhan perusahaan kita sendiri.
2.      Tentu keadaan persaingan. Makin ketat persaingan, product line-nya harus makin terbatas.
3.      Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan produk yang lebih differentiated (unik), atau lebih baik.

2. Pemberdayaan Perdagangan Ritel

Adanya kekurangan pada bargaining power dalam menghadapi supplier-nya maka terdapat tantangan dalam persaingan global yang menuntut keberadaan UKMK dalam bidang Ritel yang sehat, berdaya saing, dan berkembang secara berkelanjutan (sustainable). Dipandang perlu pula adanya upaya-upaya serius untuk melindungi kehidupan berbisnis UKMK Bidang Ritel dari tantangan persaingan peritel global. Adalah merupakan suatu urgensi bagi peningkatan kapasitas UKMK menjadi tempat belanja alternatif (ritel modern) yang mampu bersaing dengan peritel dari jaringan konglomerasi dengan mengangkatnya dari kondisi marjinal akibat tekanan persaingan. Dengan kata lain, adalah saatnya untuk memulai gerakan pemberdayaan UKMK Bidang Ritel ini melalui sosialisasi praktek perdagangan ritel modern yang berkeadilan, dengan kepemilikan usaha yang diperluas, memiliki multi-peran sebagai Agen Pemberdayaan bagi Masyarakat Pebisnis Ritel dan Pemasoknya yang berskala UKMK disamping tujuannya mendapatkan keuntungan usaha, dan memiliki komitmen bagi pembelajaran masyarakat sehingga mampu membangkitkan jiwa kewirausahaan.
Dari sisi kelembagaan, perbedaan karakteristik pengelolaan pasar modern danpasar tradisional nampak dari lembaga pengelolanya. Pada pasar tradisional, kelembagaan pengelola umumnya ditangani oleh Dinas Pasar yang merupakanbagian dari sistem birokrasi. Sementara pasar modern, umumnya dikelola oleh profesional dengan pendekatan bisnis. Selain itu, sistem pengelolaan pasar tradisional umumnya terdesentralisasi dimana setiap pedagang mengatursistem bisnisnya masing-masing. Sedangkan pada pasar modern, sistempengelolaan lebih terpusat yang memungkinkan pengelola induk dapat mengaturstandar pengelolaan bisnisnya. Dari aspek kebijakan, dapat dijelaskan bahwapemerintah telah mengeluarkan kebijakan-kebijakan tentang penataan perpasaran.


3. Keunggulan Ritel

Ritel memiliki kelebihan-kelebihan seperti lokasi yang strategis, ruang belanja yang lebih luas, bersih dan menarik, serta harga produk yang lebih rendah, telah menyedot para pelanggan warung-warung tradisional. Studi oleh AC Nielsen (2005) mencatat bahwa ratio keinginan masyarakat berbelanja di pasar tradisional cenderung turun, dari 65% di tahun 1999 menjadi 53% pada tahun 2004. Sebaliknya, untuk kasus pasar modern ratio tersebut meningkat dari 35% di tahun 1999 menjadi 47% pada tahun 2004. Tidak mengherankan apabila omzet para pedagang tradisional semakin menurun. Sebaliknya omzet ritel modern terus mengalami peningkatan. Data dari Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia-Aprindo (2006) memperlihatkan pada tahun 2005 omzet ritel modern di Indonesia telah mencapai Rp 140 triliun.
Ritel di Indonesia memang memberikan beberapa manfaat, namun keberadaannya juga menuai banyak persoalan. Pertama, keberadaan ritel modern terbukti mematikan warung-warung tradisional terutama terkait dengan trend pergeseran kebiasaan konsumen di atas. Data dari Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) menunjukkan jumlah pedagang pasar tradisional di wilayah DKI Jakarta mengalami penurunan dari 96.000 orang menjadi 76.000 pedagang. APPSI juga menyebutkan bahwa sekitar 400 toko di pasar tradisional tutup setiap tahunnya.
 Selain itu, ritel modern juga tidak berkontribusi pada perkembangan, bahkan justru mematikan pemasok-pemasok kecil lokal, terutama UKM. Awalnya, pemerintah berharap UKM dapat memperoleh peran sebagai pemasok dalam ritel modern. Jumlah UKM yang menjadi pemasok ritel modern memang mencapai 67% dari total keseluruhan jumlah pemasok, namun produk yang disuplai oleh UKM hanyalah 10% dari total barang yang dijual di suatu ritel modern. Hal ini terjadi karena syarat perdagangan yang ditawarkan oleh ritel modern terlalu berat untuk dipenuhi UKM. Salah satu persyaratan yang sangat memberatkan UKM adalah listing fee.


4. Kebijakan Harga dalam Perdagangan Ritel

Kebijakan harga (pricing). Perlu adanya aturan-aturan hukum tentang kebijakan penentuan harga yang fair disertai sanksi hukum yang jelas atas pelanggarannya. Kebijakan harga ini akan mencegah peritel modern menjual produk dengan harga jauh lebih murah dari pasar tradisional dan bahkan di bawah biaya produksi.
Seiring dengan adanya beberapa indikator dalam pertumbuhan perdagangan pada tahun 2011 ini, maka, sebagai tindaklanjut dari tahun sebelumnya, tahun ini Kemendag menetapkan berbagai ke bijakan yang berpihak guna mendongkrak sektor perdagangan di dalam maupun di luar negeri menjadi lebih baik lagi. Menteri Perdagangan (Mendag) Mari Elka Pangestu mengatakan, tahun ini Kemendag akan terus meningkatkan kerja sama dengan pihak swasta untuk memperkuat perdagangan produk dalam negeri. “Saya yakin perdagangan produk dalam negeri positif pertumbuhannya,” tandas Mendag.
Selama 2010 Kementerian Perdagangan telah mengenakan bea masuk antidumping terhadap tujuh produk impor yang dinilai diperdagangkan secara tidak adil. “Untuk mengamankan pasar dalam negeri, telah dikenakan tindakan antidumping terhadap tujuh produk impor,” kata Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu Selain itu, untuk mengamankan pasar dalam negeri, kemendag juga terus melakukan peningkatan pengawasan barang beredar dan jasa. Kemendag akan terus melakukan pengawasan berkala terhadap perdagangan 15 komoditas dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) wajib dan lima produk jasa di 15 daerah. “Kita juga akan terus me ngawasai secara ketat dalam pendistribusian gula, bahan berbahaya dan minuman beralkohol,” tandas Mendag.
Lebih lanjut, Kemendag bekerjasama dengan BPOM akan memastikan bahwa label berbahasa Indonesia untuk produk-produk pangan, kosmetik, dan produk-produk non pangan yang telah ditetapkan di lapangan harus dapat terpenuhi. “Semua itu kita lakukan sebagai upaya Kemendag dalam memberikan pelindungan terhadap konsumen. Dengan melakukan perlidungan ini, secara otomatis kita juga telah mengamankan pedagangan di dalam negeri. Sejumlah produk luar harus memenuhi syarat seperti syarat-syarat yang yang dipenuhi oleh produk di dalam negeri sebelum diperdagangkan,” jelas Mendag. Agaknya, dengan sejumlah kebijakan yang telah dilakukan oleh Kemendag tersebut, maka pada 2010, produk dalam negeri boleh dibilang masih mampu menguasai pasar di berbagai pusat perbelanjaan atau mal yang tersebar di Tanah Air. Penguasaan pangsa pasar produk dalam negeri tersebut di perkirakan hingga mencapai 80%.
“Tahun ini, penguasaan pangsa pasar produk domestik tersebut harus lebih kita tingkatkan. Artinya, tidak hanya dari segi kuantitas, tapi juga kualitas produknya. Untuk itu, pusat perbelanjaan hendaknya lebih banyak berperan lagi dalam mendukung kampanye 100% cinta Indonesia yang digiatkan oleh pemerintah saat ini” ungkap Dirjen PDN Gunaryo. Selain itu, Dirjen PDN Gunaryo juga mengatakan selama ini keberdaan produk dalam negeri di pusat perbelanjaan dari segi nilai memang cukup besar. Namun, Kemendag berharap produk dalam negeri di berbagai pusat belanja di tanah air lebih banyak lagi dan lebih berkualitas. “Daya saing produk-produk nasional atas produk luar negeri semakin menunjukkan peningkatan di tahun 2010. Untuk itu, semua pihak harus terus mendorong dalam meningkatkan daya saing berbagai produk kita,” tutup Dirjen PDN Gunaryo. (mon/berbagai sumber).
Sumber:



Sabtu, 26 April 2014

metode operasi ritel

Pengertian Retail
            Retail adalah penjualan dari sejumlah kecil komoditas kepada konsumen. Retail berasal dari bahasa Perancis yaitu " Retailer" yang berarti " Memotong menjadi kecil kecil" (Risch, 1991 ). Sedangkan menurut Gilbert (2003) Retail adalah Semua usaha bisnis yang secara langsung mengarahkan kemampuan pemasarannya untuk memuaskan konsumen akhir berdasarkan organisasi penjualan barang dan jasa sebagai inti dari distribusi
Dalam kamus Bahasa Inggris - Indonesia, Retail bisa juga di artikan sebagai "Eceran"
Pengertian Retailing adalah semua aktivitas yang mengikut sertakan pemasaran barang dan jasa secara langsung kepada pelanggan
Pengertian Retailer adalah semua organisasi bisnis yang memperoleh lebuh dari setengah hasil penjualannya dari retailing ( lucas, bush dan Gresham, 1994)
  1. RITEL DALAM BENTUK TOKO
Fungsi Retail
Ritel merupakan tahap akhir proses distribusi dengan dilakukannya pnjualan langsung pada konsumen akhir. Dimana bisnis retail berfungsi sebagai perantara antara distributor dengan konsumen akhir, Retailer berperan sebagai penghimpun barang, took retail sebagai sebaga temat rujukan. Ritail berperan sebagai penentu eksistensi barang dari manufacture di pasar konsumsi.

KARAKTERISTIK DAN TIPOLOGI
  1. Karakteristik
  • Small Enough Quantity (Partai kecil,dalam jumlah secukupnya untk dikonsumsi sendiri dalam periode tertentu)
  • Impulse buying (kondisi yang tercipta dari ketersediaan barang dalam jumlah dan jenis yang sangat variatif sehingga menimbulkan banyak pilihan untuk konsumen)
  • Store Condition ( KOndisi lingkungan dan interior dalam toko)
  1.  Tipe Bisnis Retail Klasifikasi retail berdasarkan :
Kepemilikan ( Owner ):
  • Single-Store Retailer (tipe yang paling banyak jumlahnya dengan ukuran toko umumnya dibawah 100 m²)
  • Rantai Toko Retail (toko retail dengan banyak cabang dan dimiliki oleh institusi perseroan)
  • Toko Waralaba (toko yang dibangun berdasarkan kontrak kerja sama waralaba antara terwaralaba dengan pewaralaba)
Merchandise Category:
  • Specialty Store/ Toko Khas (Menjual satu jenis kategori barang yang relative sedikit/ sempit)
  • Grocery Store/ Toko Serba Ada (menjual barang groceries (sehari-hari))
  • Departement Store (menjual sebagian besar bukan kebutuhan pokok, fashionable, bermerek, dengan 80% pola konyinyasi)
  • Hyperstore(menjual barang dalam rentang kategori barang yang sangat luas)

Luas Sales Area :
  • Small Store/kiosk (kios kecil yang umumnya merupakan toko retail tradisional, dioperasikan sebagai usaha kecil dengan sales kurang dari 100 m²)
  • Minimarket (dioperasikan dengan luasan sales area antara 100-1000 m²)
  • Supermarket (dioperasikan dengan luasan sales area antara 1000-5000 m²)
  • Hypermarket (dioperasikan dengan luasan sales area antara lebih dari 5000 m²)
 Non-Store Retailer :
  • Multi-Level-Marketing (MLM) : Model penjualan barang secara langsung dengan system komisi penjualan berperingkat berdasarkan status keanggotaan dalam distribution lines
  • Mail & Phone Order Retailer ( Toko pesan antar ) : perusahaan yang melakukan penjualan berdasarkan pesanan melalui surat atau telepon
  • Internet/ Online Store (e-Commerce) : Toko Retail di dunia maya yang mengadopsikan internet ke dalam bentuk online retailing

2.      RITEL DALAM BENTUK BUKAN TOKO

Untuk menemukan pola-pola bisnis ritel secara e-commerce ( Amir Hartman dalam bukunya “Net-Ready” (Hartman, 2000) secara lebih terperinci lagi mendefinisikan E-Commerce sebagai “suatu jenis dari mekanisme bisnis secara elektronis yang memfokuskan diri pada transaksi bisnis berbasis individu dengan menggunakan internet sebagai medium pertukaran barang atau jasa baik antara dua buah institusi (B-to-B) maupun antar institusi dan konsumen langsung (B-to-C)”. ), tentu saja harus Mempelajari transformasi dari pola-pola penjualan retail secara fisik. Permasalahan inti dalam perdagangan retail mempunyai 4 elemen :
1. Mendapatkan product yang tepat
2. Harga yang tepat
3. Waktu yang tepat
4. Tempat yang tepat

3.      RITEL WARALABA
Waralaba (franhising) merupakan cara memasuki dunia usaha yang sangat populer di seluruh dunia. Produk-produk waralaba telah menjadi produk global. Diler mobil, motor, bahan bakar, dan alat rumah tangga lainnya berkembang di seluruh dunia. Format bisnis waralaba telah memberikan fasilitas jasa yang luas bagi para diler seperti pemasaran, periklanan, pelatihan, standar produksi, dan pengerjaan manual, serta bimbingan pengawasan kualitas. Logo-logo dari usaha waralaba terlihat di pusat-pusat perdangan seperti di jakarta, bandung, surabaya, bahkan sampai kota-kota kecil lainnya.
Dalam waralaba, perusahaan yang diberi hak monopoli menyelenggarakan perusahaan seolah-olah merupakan bagian dari perusahaan pemberi lisensi yang dilengkapi dengan nama produk, merek dagang, dan prosedur penyelenggaranya secara standar. Franchisor mengizinkan franchisee untuk menggunakan nama, tempat/daerah, bimbingan, latihan karyawan, periklanan, dan perbekalan material yang berlanjut. Dukungan awal meliputi salah satu atau keseluruhan dari aspek-aspek berikut ini :
a)      Pemilihan tempat
b)      Rencana pembangunan
c)      Pembelian peralatan
d)     Pola arus kerja
e)      Pemilihan karyawan
f)       Periklanan
g)      Grafik
h)      Bantuan pada acara pembukaan

Selain dukungan awal, bantuan lain yang berlanjut dapat pula meliputi faktor-faktor berikut ini :
a)      Pencatatan dan akuntasi
b)      Konsultasi
c)      Pemerikasaan dan standarisasi
d)     Promosi
e)      Pengendalian kualitas
f)       Nasihat hokum
g)      Penelitian
h)      Material lainnya


Refrensi :